Menyelamatkan Ekosistem Hutan Ronggurnihuta Melalui Implementasi Environmental Learning pada Mata Pelajaran IPA
Reynold Panjaitan, S.Pd
NIP.19851226201001015
Abstrak
Upaya ekstensifikasi perkebunanan dalam meningkatkan produksi kopi di
Ronggurnihuta, menjadikan hutan sebagai sasaran perluasan daerah perkebunan.
Pertambahan jumlah penduduk ronggurnihuta mengakibatkan lahan warisan pertanian
semakin sedikit ditambah lagi masih minimnya pengetahuan tentang upaya
intensifikasi. Akibat dari ekstensifikasi perkebuan kedaerah hutan,
mengakibatkan terganggunya ekosistem hutan. Akibat dan
dampak dari kerusakan hutan itu adalah : terganggunya sistem hidro-orologis, hilangnya Biodiversitas, kemiskinan
dan Kerugian secara ekonomis, perubahan Iklim dan Pemanasan
Global, kerusakan Ekosistem Darat maupun Laut, dan hilangnya budaya masyaraka.
Diperlukan peranan siswa yang
signifikan sebagai duta penyelamat ekosistem hutan, melalui aplikasi
pembelajaran lingkungan disekolah yaitu dengan model environmental learnin. Penggunaan model pembelajaran ini
dapat dilakukan dengan sistem belajar di luar kelas agar siswa memiliki
pengalaman lebih dan proses pembelajaran bisa menyenangkan. Memberi pelajaran tentang lingkungan merupakan hal yang
susah maka diperlukan peranan siswa, yang akan diharapkan menjadi perantara
pendidikan lingkungan tersebut kepada masyarakat sekitar dengan
mengkomunikasikan secara langsung ataupun dengan sikap terhadap alam
sekitarnya. Metode pembelajaran enviro
mental learning merupakan model pembelajaran yang paling tepat untuk
meningkatkan pengetahuan siswa akan lingkungan.
BAB
I PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pulau
Samosir adalah anugerah Tuhan yang merupakan
keajaiban alam yang harus dilestarikan. Anugerah ini harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar
Danau Toba khususnya Masyarakat Kabupaten Samosir dan menjadi kebanggan bagi
Indonesia. Semua ini bisa terealisasi apabila semua komponen masyarakat baik
pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan
pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat sentral dalam semua bidang
terutama dalam bidang lingkungan hidup. Wilayah
kabupaten Samosir sebagaian besar berada di Pulau Samosir dan sebagian lagi
berada di daratan pulau Sumatera dengan luas wilayah 1.419,5 km2.
Kabupaten Samosir terdiri atas 9 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan
Ronggurnihuta. Kecamatan Ronggurnihuta merupakan satu satunya kecamatan di
Kabupaten Samosir yang tidak ada Danaunya. Kecamatan Ronggurnihuta berada di
dataran tinggi pulau Samosir yang sebagaian besar lahannya adalah lahan kering
dan hutan hutan tropis.
Ronggurnihuta
dikatakan sebagai lumbung kopi di kabupaten Samosir dengan hasil sekitar 1000
ton per-tahun atau setara 35 % dari total produksi kopi Kabupaten Samosir.
Meningkatnya produksi kopi di Kecamatan Ronggurnihuta merupakan suatu yang
membanggakan dalam sisi ekonominya akan tetapi banyak permasalahan yang muncul karena
bagaimana sekalipun produksi kopi akan bersentuhan dengan kondisi lingkungan.
Peningkatan produksi kopi Ronggurnihuta diikuti ekstensifikasi lahan pertanian
yang tidak terkontrol hal ini diiringi dengan jumlah penduduk di Ronggurnihuta
semakin bertambah sehingga lahan perkebunan warisan keluarga tidak cukup lagi
untuk dibagi untuk anggota keluarga. Ektensifikasi lahan perkebunan ke daerah
hutan hutan di kecamatan Ronggurnihuta di perpara lagi dengan pembangunan
pemukiman baru disekitar dekat hutan diamana bahan bangunannya sebagian berasal
dari pohon pohon dari hutan tersebut.
Ekstensifikasi
lahan perkebunan kedaerah hutan, pembangunan pemukiman baru dekat hutan serta
maraknya pembakaran hutan akan mengakibatkan terganggunya ekosistem hutan
dironggurnihuta. Komponen biotik ekosistem hutan tersebut seperti hewan hewan
akan semakin terdesak karena habitatnya terganggu sehingga tingkat reproduksi
sangat lambat dan akhirnya punah. Demikian tumbuh tumbuhan yang dulunya
heterogen di hutan bila di jadikan perkebunan maka tingkat keanekaragamannya
akan menurun. Berkurangnya lahan hutan di kwatirkan akan berakibat fatal bagi
penduduk, dimana hutan yang dulunya sebagai daerah stabilitas dan resapan air
jika musim hujan tidak akan mampu lagi menyokong tanah sehingga air hujan akan
medorong tanah dan mengakibatkan longsor.
Kurangnya
pemahaman masyarakat sekitar akan pentingnya hutan dan pemahaman tentang
lingkungan hidup menjadi biang kerok peristiwa ini. Memberikan pembelajaran
secara langsung kepada masyarakat merupakan hal yang mustahil untuk
dilaksanakan, maka dalam hal ini diperlukan peranan anak - anak atau siswa
sebagai perantara pengetahuan lingkungan itu kepada orang tua mereka secara
langsung dan melalui tindakan nyata.
Pemerintah
kabupaten samosir mempunyai visi dan misi menjadikan daerah tujuan wisata
lingkungan yang inovatif 2015. Akan tetapi visi dan misi ini belum di dukung
sepenuhnya oleh berbagai elemen yang terdapat di kabupaten ini, khususnya dari
elemen pendidikan. Dalam mewujudkan visi dan misi kabupaten ini didalam
pendidikan hanya sebatas wacana saja dan belum ada suatu yang signifikan dalam
mewujudkan wisata lingkungan yang inovatif tersebut. Sekolah di samosir masih
mengadopsi kurikulum yang di canangkan dari pusat yang pada prakteknya kolaborasi
dengan lingkungan sangat minim. Dibeberapa daerah di Indonesia telah membuat
kebijakan dalam hal menginstruksikan muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup
(mulok PLH). Daerah yang telah memasukkan Pendidikan Lingkungan Hidup ke dalam
kurikulum secara mandiri telah memetik
hasilnya dimana produknya adalah masyarakat yang sadar lingkungan. Tidaklah
heran jika daerah yang mendapat penghargaan untuk pelestarian lingkungan adalah
mayoritas daerah yang telah mengadopsi Pendidikan Lingkungan Hidup kedalam
kurikulum pendidikan yaitu muatan lokal.
Ada beberapa cara menginfiltrasi
pendidikan lingkungan hidup kedalam kurikulum diantarnya adalah strategi guru
dalam proses pembelajaran. Diantara strategi itu adalah kecakapan guru untuk
memilih metode atau model pembelajaran yang tepat dan terjadi sinkronisasi
dengan lingkungan. Dalam dunia pendidikan dikenal banyak sekali metode
pembelajaran akan tetapi metode pembelajan tersebut tidak selalu bisa tepat
dugunakan pada setiap bidang ilmu. Diantara metode pembelajaaran tersebut ada
metode ceramah, metode diskusi, problem solving, metode diskusi panel, metode
buzz group, metode symposium, metode informal debate, metode demonstrasi dan
eksperimen, metode sosio drama, metode inquiri, Environmental
Learning, metode kerja kelompok dan lain – lain.
Masyarakat samosir tidak dapat dipisahkan dengan lingkungannya, yang artinya
semua sendi kehidupan dipengaruhi oleh alam. Tidak dapat dipungkiri bahwa
mayoritas penduduk samosir adalah petani yang notabene adalah bergantung pada
alam atau lingkungan. Akan tetapi tetapi pengetahuan dan kesadaran akan
lingkungan masih sangat minim akibatnya kondisi lingkungan yang terus dieksplorasi
oleh masyarakat makin mengkwatirkan. Oleh sebab itu pendidikan lingkungan wajib
di sisipkan pada kurikulum setiap jenjang pendidikan baik pada tingkat taman
kanak – kanak, SD, SMP dan SMA yang ada di Kabupaten Samosir sehingga
dihasilkkan para generasi yang cinta lingkungan dan masyarakat berwawasan
lingkungan serta mempertahankan kearifan lokal yang berbasis lingkungan sehingga
program pemerintah daerah untuk menjadikan samosir menjadi daerah tujuan wisata
yang berbasis lingkungan yang inovatif.
2.
Rumusan
Masalah
1. Apa saja dampak dari eksploitsi hutan dironggur
2. Apakah model Environmental
Learning itu
3. Bagaimana peranan Environmental
Learning untuk menyelamatkan ekosistem hutan
3.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui perananan hutan dalam kehidupan dan
dampak dari eksploitasi hutan. Mengetahui berbagai
jenis pembelajaran khususnya environmental learning
yaitu model pembelajaran berbasis lingkungan
mengintegrasikan dalam mata Pelajara Ilmu Pengetahuan alam serta siswa mampu mengimplementasikan
dalam kehidupan nyata untuk meminimalisasi eksploitasi hutan oleh masyarakat di
Ronggurnihuta.
BAB
II ISI
A.
EKOSISTEM HUTAN
1. Defenisi
Ekosistem Hutan
Ekosistem
adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan
kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling
mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem
mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang
berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam. Ekosistem yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di
dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai
unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai
siklus materi dan aliran energi (Woodbury,
1954 dalam Setiadi,1983)
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak
hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non
kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman
pertanian pada lahan hutan. Hutan sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan
hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan
hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Sedangkan hutan sebagai
fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia
sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran
penyeimbang lingkungan serta
mencegah timbulnya pemanasan global.
Komponen dalam Ekosistem Hutan adalah komponen
hidup (biotik) dan komponen tidak hidup (abiotik). Komponen biotik adalah semua
makhluk hidup yang berada dalam hutan, sedangkan komponen abiotik antara lain
adalah tanah, air, suhu, kelembaban, angin dan smua yang tidak hidup.
Dari segi makanan ekosistem memiliki 2 komponen yang
biasanya secara bagian terpisah dalam ruang dan waktu yaitu:
1.
Komponen autotrofik:
Berdasarkan arti kata Autotrofik berasal dari kata
autos yang berarti sendiri dan trophikos artinya menyediakan makanan, jadi
komponen autotrofik adalah organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri. Bahan-bahan makanan yg disediakan adalah bahan organik
berasal dari bahan-bahan anorganik dengan menggunakan bantuan klorofil dan
energi utama berupa radiasi matahari. Sehingga yang termasuk dalam golongan
aututropik ini pada umumnya adalah tumbuhan hijau atau yang memiliki klorofil.
Pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis bahan anorganik menjadi bahan
organik kompleks hanya terjadi pada komponen autotropik.
2.
Komponen heterotrofik:
Berdasarkan arti kata, Heterotrof berasal dari kata
hetero yang berarti berbeda, lain atau tidak seragam, sedangkan kata trophikos
berarti menyediakan makanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Komponen
heterotrofik adalah semua organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan
organik sebagai bahan makanannya, dimana bahan organik yang dimanfaatkan
tersebut disediakan oleh organisme atau makhluk lain, dengan kata lain komponen
heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian
sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam
bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang, jamur, jasad
renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.
2. Fungsi Hutan Ronggurnihuta
Kawasan hutan Ronggurnihuta berada
tepat di sentral pulau Samosir, membentang mulai dari desa Ronggurnihuta, Dolok
Niapul hingga ke Siulak Hosa. Topografi hutan Ronggurnihuta berada di sentral
pulau Samosir, sehingga keberadaan hutan ini sangat terpengaruh bagi daerah
daerah disekitar pesisir Pulau Samosir. Ekosistem
hutan adalah kawasan dimana terdapat keanekaragaman yang paling tinggi di
daratan. Ia merupakan rumah bagi tumbuhan dan juga hewan. Keberadaannya tak
hanya sebagai pendaur udara saja tetapi juga penting karena:
1.
Berfungsi sebagai sarana hidrologis
yakni gudang tempat menyimpan air. Hutan memang mampu menyerap air dan embun
dan kemudian mengalirkannya ke sungai melalui mata air yang terdapat di kawasan
hutan tersebut. Hutan sebagai penadah air akan membuat air hujan tidah
tergenang dan sia-sia.
2.
Ekosistem hutan berperan sebagai
pengunci tanah sehingga menghindarkan dari ancaman bencana alam semacam
longsonr juga erosi tanah.
3.
Hutan merupakan dapur alami, tempat
dimana pepohonan “memasak” unsur hara dan kemudian dialirkan ke sekitarnya.
Meski ia berada di daratan, tetapi aliran energi pepohonan yang ada di hutan
ini sampai ke tumbuhan yang ada di perairan misalnya di sungai.
4.
Hutan merupakan “polisi iklim”. Ia
mengatur dengan cara memproduksi oksigen atau o2 melalui dedaunan pohonnya. O2
sangat dibutuhkan manusia, karenanya keberadaan hutan sangat penting. Hutan
mendaur ulang co2 (termasuk yang dikeluarkan manusia) yang ada di bumi dan
menjadikannya oksigen. Bayangkan jika tidak ada hutan?
5.
Sebagai tempat produksi embrio flora
dan fauna untuk memperkaya keanekaragaman hayati. Hutan juga merupakan sarana
pertahanan ekosistem lainnya.
6.
Hutan bisa berperan sebagai sumber
makanan bagi penduduk di sekitarnya sebab pepohonan yang hidup di dalamnya juga
menghasilkan sejumlah bahan makanan seperti buah dan lain-lain. Tak hanya itu,
jika kita cermat dan bijak, hutan juga menyediakan kayu untuk digunakan manusia
mencukupi segala keperluannya.
Manfaat ekosistem hutan lainnya adalah sebagai sarana rekreasi. Jika
dikelola dengan baik, hutan juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan
Gambar
. kenampakan hutan Dolok Niapul, kec. Ronggurnihuta
3. Dampak Dari
Eksploitasi Hutan
Penduduk Ronggurnihuta bisa saja
merasa puas untuk mengeksploitasi hutan melalui ekstensifikasi ke daerah hutan,
tapi dampak besarnya kan segera tiba. Kerusakan hutan yang terjadi
memberikan akibat yang nyata bagi kehidupan manusia. Sekarang orang merasakan
betapa pentingnya menjaga dan memelihara hutan karena
begitu banyak bencana yang terjadi akibat kelalaian dan keserakahan manusia. Hutan
diperlakukan semena-mena tanpa memikirkan dampak dan akibatnya ketika hutan
menjadi rusak. Menjaga dan memelihara hutan dampaknya
bukan saja untuk saat ini tetapi untuk masa depan anak dan cucu mereka. Kerusakan hutan yang terjadi memberikan dampak langsung
maupun tidak
langsung terhadap lingkungan sekitar. Akibat dan
dampak dari kerusakan hutan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Terganggunya
sistem hidro-orologis
Banjir pada
musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari
tidak berfungsinya hutan untuk menjaga tata air. Air hujan yang jatuh tidak
dapat diserap dengan baik oleh tanah, laju aliran permukaan atau runoff begitu
besar. Air Hujan yang jatuh langsung mengalir ke danau membawa
berbagai sedimen dan partikel hasil dari erosi permukaan. Terjadinya banjir bandang dimana-mana yang menimbulkan
kerugian harta maupun nyawa. Masyarakat yang terkena dampaknya kehilangan harta
benda dan rumah tempat mereka berteduh akibat terbawa banjir bandang, bahkan
ditambah kerugian jiwa yang tak ternilai harganya.
b.
Hilangnya
Biodiversitas
Hutan
Indonesia memiliki beranekaragam spesies flora dan fauna, penebangan dan
pengrusakan hutan menyebabkan spesies-spesies langka akan punah. Bahkan spesies
yang belum diketahui nama dan manfaatnya hilang dari permukaan bumi. Hutan
Indonesia yang termasuk hutan hujan tropis memiliki 3000 jenis tumbuhan di
dalam satu hektar ditambah lagi jenis satwa yang ada di dalamnya. Jika laju
deforestasi yang mencapai 1-2 juta hektar per tahun tidak dapat dicegah maka
hutan-hutan tropis ini akan hilang.
c.
Kemiskinan
dan Kerugian secara ekonomis
Masyarakat
Indonesia akan bertambah miskin jika kita tidak mempunyai hutan, itulah yang
dikatakan Presiden Bambang Yudhoyono. Departemen Kehutanan mengemukakan bahwa
kerugian negara per hari mencapai Rp. 83 milyar, itu hanya dari kerusakan hutan
akibat penebangan liar. Berapakah kerugian jika semua faktor dan penyebabkan
kerugian kita hitung?
Hutan
sebagai paru-paru dunia penghasil oksigen bagi semua mahluk di bumi tidak bisa
menjalankan fungsinya mendaur ulang karbondioksida. Karbondioksida di udara
semakin tinggi menyebabkan efek gas rumah kaca.
Pengertian
dan definisi hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi jenis pepohonan
dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan lain tidak dapat
dipisahkan. Jika salah satu komponen hutan di rusak, akan berpengaruh terhadap komponen
ekosistem yang lain. Hubungan keterkaitan antara struktur dan
fungsi di dalam ekosistem berjalan dalam keseimbangan yang harmonis, tetapi
bila struktur hutan menjadi rusak, akibat dan dampaknya akan mempengaruhi
fungsi hutan itu sendiri.
Kerusakan
tidak hanya terjadi pada ekosistem
hutan di darat, namun berdampak pada kerusakan ekosistem di
laut juga. Akibat kerusakan hutan terjadi erosi dan banjir
membawa sedimen ke laut yang merusakan ekosistem
laut. Ikan dan Terumbu karang sebagai mahluk hidup
diperairan mendapat akibat dari aktivitas pengrusakan di darat. Kerusakan
seperti ini sangat dirasakan oleh pulau-pulau kecil di Indonesia, dengan ciri
daerah das yang pendek dan topografi yang curam sangat cepat pengaruhnya
terhadap lingkungan laut.
f.
Hilangnya
budaya masyarakat
Dirasakan
sangat nyata bahwa hutan menjadi sumber penghidupan dan inspirasi dari
kehidupan masyarakat. Berbagai ragam budaya yang terkait dengan hutan seperti
simbol -simbol dan
maskot yang diambil dari hutan, misalnya Harimau sebagai maskot dari Reog,
pencak silat sebagai seni bela diri Indonesia, Bekantan sebagai maskot dari
Kalimantan, dan sebagainya. Jika semua ini punah maka hilanglah sumber
inspirasi dan kebanggaan dari masyarakat setempat.
B.
METODE
MODEL
ENVIRONMENTAL LEARNING
1. Defenisi
Model Environmental Learning
Model
environmental learning merupakan model pembelajaran berbasis lingkungan
yang dikembangkan agar siswa memperoleh pengalaman lebih berkaitan dengan
lingkungan sekitar. Ali (2010:26) menyatakan bahwa, “Model environmental
learning adalah model pembelajaran yang mengedepankan pengalaman siswa
dalam hubungannya dengan alam sekitar, sehingga siswa dapat dengan mudah
memahami isi materi yang disampaikan”. Artinya, model pembelajaran environmental
learning ditujukan agar siswa dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan
sekitar. Model environmental learning digunakan dengan tujuan agar siwa
dapat dengan mudah berinteraksi dengan bahan pelajaran yang telah disusun dan
disesuaikan dengan model pembelajaran. Bahan pembelajaran yang disajikan kepada
siswa disusun dengan melibatkan lingkungan sekitar. Artinya, pembelajaran bisa
dilakukan tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas dengan tujuan
agar siswa lebih nyaman dan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
berbasis lingkungan ini menerapkan sistem permainan dan belajar di luar kelas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model environmental learning
yaitu isi dan prosedur pembelajaran harus sesuai dengan lingkungan
pembelajar, pengetahuan yang diberikan harus memberikan jalan keluar dalam
menanggapi lingkungan. Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya
akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa
manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan
diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang
melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan. Berdasarkan uraian
di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model environmental learning
merupakan model pembelajaran berbasis lingkungan yang bertujuan agar siswa
dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Penggunaan model pembelajaran
ini dapat dilakukan dengan sistem belajar di luar kelas agar siswa memiliki
pengalaman lebih dan proses pembelajaran bisa menyenangkan.
Model pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah
dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan
pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai
siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari
diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya.
2. Konsep Pendekatan Lingkungan dalam metode Environmental Learning
Pendekatan
lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik
siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan. Sehingga apa yang
dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkung (Khusnin,
2008). Menurut Yulianto (2002) pendekatan lingkungan berarti mengaitkan
lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan
sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari sering digunakan pendekatan lingkungan. Sehingga dapat
dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar
yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan
merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai
yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaan
lingkungan memungkinkan terjadi proses belajar yang lebih bermakna sebab anak
dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya. Pelajaran kimia dengan menggunakan
bahan-bahan alami lebih menguntungkan bagi siswa dan pengalaman bersahabat
dengan alam lebih cenderung menyiapkan perasaan positif bagi siswa terhadap
keajaiban alam. Hal ini senada juga diungkapkan Suniarsi (2006) yaitu
berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Saat
ini pendekatan lingkungan tidak hanya sekedar mengembangkan aspek kognitif
saja, tetapi lebih mengutamakan untuk mengembangkan aspek afektif. Yaitu dengan
tujuan supaya orang mau terlibat, mau menangani dan mau memelihara lingkungan.
Secara
ekologi manusia adalah bagian dari lingkungan hidupnya. Untuk kelangsungan
hidupnya manusia memerlukan sumberdaya dari lingkungannya, misalnya udara, air,
tanah, tumbuhan dan hewan. Disamping itu manusia juga mendapatkan rangsangan
dari lingkungannya dalam segi keindahan alam, masalah sampah, polusi, dan
seterusnya sampai issu pemanasan global (global warning).
Hubungan
manusia dengan lingkungannya merupakan hubungan timbal balik. Sebagai
contoh:proses fotosisntesi pada tumbuhan dan proses pernafasan pada manusia.
Dalam tubuh manusia:
C6H12O6 + 6O2
6 H2O + 6 CO2 + energy
Dalam
tumbuhan :
C6H12O6 + 6O2
6 H2O + 6 CO2
Dari contoh di atas ditunjukan bahwa manusia adalah bagian
dari suatu ekosistem, dan kelestarian manusia tergantung pada kelestarian
ekosistemnya. Manusia harus selalu menjaga agar terdapat keserasian antara
dirinya dengan komponen lain dalam ekosistemnya.
3. Lingkungan sebagai sarana Laboratorium
Pendekatan lingkungan dalam proses
belajar dan pembelajaran kimia adalah pemanfaatan lingkungan sebagai sarana
pendidikan. Dalam pembelajaran kimia, relevansi pembelajaran dengan
lingkungannya dapat dicapai dengan memanfaatkan lingkungan siswa sebagai
laboratorium alam.
Adapun ciri-ciri pendekatan
lingkungan adalah sebagai berikut:
1) Yang dimaksud dengan lingkungan,
mencangkup semua benda dan keadaan yang mempengaruhi siswa
2) Isi pelajaran disesuaikan dengan
keadaan lingkungan siswa dan penerapan –penerapan kimia
3)
Penyusunan bahan ajar berkisar pada suatu tema atau topik.

Gambar 2. Lingkungan sebagai laboratorium
4. Pendekatan Lingkungan dalam Kegiatan Pembelajaran IPA SMP
Pendekatan
lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk mengadakan pengamatan langsung ke
lapangan atau dengan jalan memindahkan kondisi lapangan ke kondisi yang lebih
ideal yaitu pengamatan dan penelitian dalam laboratorium (Noval, 1973). Pengamatan
di dalam laboratorium alam bagi siswa akan memberikan kesan dan pengertian yang
lebih mendalam dibandingkan bila suatu masalah didapat secara verbal saja.
Melalui pengamatan siswa berkesempatan untuk melihat proses dan berkesempatan
melakukan pekerjaan ilmiah, yaitu membuat hipotesa, mengumpulkan data serta
menguji kebenaran hipotesa yang dibuatnya. Sebagai contoh, siswa mengamati
proses terjadinya alkohol dalam peragian singkong. Dalam proses pembuatan tape ini
terjadi reaksi :
C6H12O6
2 C2H5OH + 2 CO2
Dalam
proses pembelajaran ini siswa dapat mengamati:
1) Reaksi organik pada umumnya berjalan
lambat
2) Pembentukan alkohol dapat dipercepat
dengan kenaikan suhu, atau sebaliknya proses diperlambat dengan penurunan
suhu yaitu dimasukan dalam lemari es.
C.
Inplementasi Peran
siswa dalam menyelamatkan ekosistem hutan, melalui aplikasi environmental learning.
Pembelajaran
IPA yang berorientasi pada lingkungan akan memberikan kesempatan siswa memahami
proses yang berkaitan dengan lingkungannya, hal ini akan menumbuhkan kesadaran
keberadaan siswa dalam ekosistemnya. Model pembelajaran berbasis
lingkungan ini menerapkan sistem permainan dan belajar di luar kelas. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam model environmental learning yaitu isi
dan prosedur pembelajaran harus sesuai dengan lingkungan pembelajar,
pengetahuan yang diberikan harus memberikan jalan keluar dalam menanggapi
lingkungan.
Buah dari proses pendidikan dan
pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan
pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat
diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu
sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan. Selain
hal tersebut diatas, lingkungan hidup sebagai sarana pendidikan memberikan
keuntungan dan kelebihan bagi siswa yaitu:
1. Pengamatan langsung akan memberikan
dorongan untuk memiliki pengetahuan lebih jauh tentang masalah yang dihadapi
2. Alat dan bahan tidak perlu dibeli
dengan biaya mahal, sebabalat dan bahan belajar yang di manfaatkan adalah
alam itu sendiri. Dengan menggunakan alam sebagai media belajar secara tidak
langsung siswa dapat mengerti kegunaan dari komponen alam tersebut baik
komponen biotik maupun komponen abiotik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari hari.
3. Dapat digunakan setiap waktu dan
terdapat di mana-mana.
4. Dari pengalaman belajar secara
langsung dan tidak langsung akan di aplikasikan dalam kehidupan nyata.
5. Secara berkesinambungan wawasan
lingkungan yang diperoleh akan di wariskan ke keturunan dan akan berkembang
menjadi kearifan daerah.
6. Dari pengalaman
belajarnya disekolah maka siswa akan lebih paham tentang lingkingan sehingga
diharapkan siswa mampu menjadi teladan bagi penyelamatan ekositem disekitar
terutama ekosistem hutan didaerah sekitar tempat tinggalnya. Dari pengalaman
belajar itu juga siswa mampu mengkomunikasikan pengetahuan lingkungan tersebut
kepada orang tuanya, sehingga upaya eksploitasi hutan diharapkan semakin
menurun.
III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Upaya ekstensifikasi perkebunanan dalam meningkatkan produksi kopi di
Ronggurnihuta, menjadikan hutan sebagai sasaran perluasan daerah perkebunan.
Pertambahan jumlah penduduk ronggurnihuta mengakibatkan lahan warisan pertanian
semakin sedikit ditambah lagi masih minimnya pengetahuan tentang upaya
intensifikasi pertanian, yaitu upaya peningkatan produksi perkebunan kopi
dengan melakukan pengolahan perkebunan yang baik seperti pemilihan pukpuk dan
lain lain. Akibat dari ekstensifikasi perkebuan kedaerah hutan, mengakibatkan
terganggunya ekosistem hutan.
Penduduk
Ronggurnihuta bisa saja merasa puas untuk mengeksploitasi hutan melalui
ekstensifikasi ke daerah hutan, tapi dampak besarnya kan segera tiba. Kerusakan
hutan yang terjadi memberikan akibat yang nyata bagi kehidupan manusia.
Sekarang orang merasakan betapa pentingnya menjaga dan memelihara hutan karena
begitu banyak bencana yang terjadi akibat kelalaian dan keserakahan manusia. Hutan
diperlakukan semena-mena tanpa memikirkan dampak dan akibatnya ketika hutan
menjadi rusak. Menjaga dan memelihara hutan dampaknya
bukan saja untuk saat ini tetapi untuk masa depan anak dan cucu mereka. Kerusakan hutan yang terjadi memberikan dampak langsung
maupun tidak
langsung terhadap lingkungan sekitar. Akibat dan
dampak dari kerusakan hutan itu adalah : terganggunya sistem hidro-orologis, hilangnya Biodiversitas, kemiskinan
dan Kerugian secara ekonomis, perubahan Iklim dan Pemanasan
Global, kerusakan Ekosistem Darat maupun Laut, dan hilangnya budaya masyarakat dapa dirasakan sangat nyata bahwa hutan
menjadi sumber penghidupan dan inspirasi dari kehidupan masyarakat. Berbagai
ragam budaya yang terkait dengan hutan seperti simbol -simbol dan maskot yang diambil dari hutan, misalnya Harimau
sebagai maskot dari Reog. Jika semua
ini punah maka hilanglah sumber inspirasi dan kebanggaan dari masyarakat
setempat.
Diperlukan peranan siswa
yang signifikan sebagai duta penyelamat ekosistem hutan, melalui aplikasi
pembelajaran lingkungan disekolah yaitu dengan model environmental learnin. Berdasarkan uraian di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa model environmental learning merupakan model
pembelajaran berbasis lingkungan yang bertujuan agar siswa dapat memiliki
kepedulian terhadap lingkungan. Penggunaan model pembelajaran ini dapat dilakukan
dengan sistem belajar di luar kelas agar siswa memiliki pengalaman lebih dan
proses pembelajaran bisa menyenangkan.
Pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah. Seandainya
kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar
untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati
dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning
to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh
guru.
B.
SARAN
Ekosistem
hutan harus diselamatkan sedini mungkin, karena upaya ekspolitasi hutan semakin
hari semakin gencar. Upaya menjaga hutan oleh pihak pihak tertentu seperti
polisi hutan tidak memberikan hasil yang menggembirakan oleh karena itu
diperlukan peranan masyarakat langsung melalui upaya menyadarkan masyarakat
akan perlunya hutan serta dampak buruk jika eksploitasi hutan hutan dilakukan
dengan cara cara tidak ber etika. Upaya menyadarkan masyarakat efektifnya
memberikan pelajaran tentang lingkungan. Memberi pelajaran tentang lingkungan
merupakan hal yang susah maka diperlukan peranan siswa, yang akan diharapkan
menjadi perantara pendidikan lingkungan tersebut kepada masyarakat sekitar
dengan mengkomunikasikan secara langsung ataupun dengan sikap terhadap alam
sekitarnya. Metode pembelajaran enviro
mental learning merupakan model pembelajaran yang paling tepat untuk
meningkatkan pengetahuan siswa akan lingkungan.
Penekanan
pembelajaran bukan pada penguasaan konsep tetapi pengubahan sikap dan pola
pikir siswa agar lebih peduli terhadap masalah lingkungan, mampu menerapkan
prinsip keberlanjutan dan etika lingkungan. Dengan
cara-cara ini diharapkan siswa mendapatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
secara lebih bermakna, mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
menularkan kepada lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Melalui cara
ini akan terbentuk masyarakat yang memiliki sikap positif, peduli terhadap
lingkungandan mampu berperan aktif dalam memecahkan masalah lingkungan serta
mampu menerapkan prinsip keberlanjutan dan etika lingkungan dalam kehidupannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Adisendjaja,
Y.H. 1988, Hubungan antara Pemahaman IPA, Pengetahuan
Lingkungan, dan Sikap
terhadap Lingkungan dari Mahasiswa FPMIPA IKIP Bandung,
IKIP Bandung, Laporan Penelitian: tidak diterbitkan.
Adisendjaja,
Y.H. 2003, Pengembangan Pembelajaran Ekologi di SMU dengan
Lingkungan Sekolah yang
Berbeda untuk Meningkatkan Pemahaman Prinsip Keberlanjutan dan Etika Lingkungan.
IKIP Bandung, Laporan Penelitian: tidak diterbitkan.
Adisendjaja,
Y.H. 2008. Metodologi Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar,
Jurusan
Pendidikan
Biologi, FPMIPA UPI.
Danusaputro,
St. M. 1981. Environmental Education and Training. Bandung:
Binacipta
Publishing Company
Departemen
Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta:
Direktorat
Pendidikan
Lanjutan Pertama
http//www.google.com.Model Pembelajaran di Alam, diakses
2014
Hidayah,
R. 2006. Mengoptimalkan Proses dan hasil Belajar Sub Konsep
Pencemaran Air dengan Menggunakan
Pendekatan Lingkungan Siswa Kelas X SMAN 11 Banjarmasin Tahun ajaran 2005/2006. Skripsi.
Program sarjana S-1 Pendidikan
Suyanto, Prof & Djihat Aseb. 2013. Calon
Guru dan Guru Profesional. Jakarta.
Multi Presindo
Posting Komentar untuk "Menyelamatkan Ekosistem Hutan Ronggurnihuta Melalui Implementasi Environmental Learning pada Mata Pelajaran IPA"